ANOMALI DAN KEBERAGAMAAN DALAM ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Sikap keagamaan merupakan
perwujudan dari pengalaman dan penghayatan seseorang terhadap agama yang
menyangkut persoalan batin seseorang,karena persoalan sikap keagaamaan juga
tidak dapat dipisahkan dari kadar ketaatan seseorang terhadap agamanya. Sikap
keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara unsur kognisi
(pengetahuan),afeksi (penghayatan) dan konasi (perilaku) terhadap agama pada
diri seseorang, karena
berhubungan erat dengan gejala jiwa pada seseorang.
Terjadinya perubahan
kepercayaan dari satu agama ke agama lain atau perubahan pandangan terhadap
agama yang dianutnya, maka muncul lah perubahan dalam bersikap, cara berfikir, tingkah
laku dan kepercayaan yang dianutnya selama ini. Hal ini terjadi disebabkan
tidak sejalannya pola pikir seseorang dengan ajaran agama yang diyakininya,
maka akan terjadi sikap keagamaan yang menyimpang (anomali), baik pada diri
individu maupun kelompok atau masyarakat
Anomali sikap keagamaan
menunjukkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan sikap keagamaan pada seseorang,
terutama penyimpangan-penyimpangan yang bersifat negatif. Dalam perspektif
psikologi agama terjadinya anomali sikap keagamaan pada individu disebabkan
unsur-unsur luar yang mempengaruhi dan tercampurkan kedalam agama. Sikap
keagamaan tidak terlepas dari keberadaan agama yang diyakini oleh seseorang,
apabila agama telah terpolakan dalam pemikirannya, maka agama itu dianggap
menjadi sesuatu yang benar dan baik.Landasan pembentukan sikap keagamaan adalah
konsistensi hubungan antara fungsifungsi kejiwaan pada manusia dalam menyakini
dan melaksanakan agamanya. Kehidupan masa remaja merupakan masa peralihan yang
harus dilalui oleh setiap individu menuju masa dewasa. Secara umum,pada waktu
iitu remaja mulai mencari jati-diri, introspeksi terhadap diri sendiri dalam
melakukan dan mengamalkan agama yang bersifat meniru terhadap orang tua atau
lingkungan.
Dalam kehidupan masyarakat
islam,sering ditemui perilaku/sikap keagamaan yang
menyimpang. Maka, dalam makalah ini akan dibahas tentang
anomali (penyimpangan) dan keberagamaan dalam islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
anomali dan keberagamaan?
2.
Apa faktor
penyebab terjadinya penyimpangan agama?
3.
Bagaimana islam
membangun persatuan dalam keberagamaan?
C.
Tujuan Masalah
1.
Dapat mengetahui
pengertian anomali dan keberagamaan
2.
Dapat mengetahui faktor
penyebab terjadinya penyimpangan agama
3.
Dapat mengetahui cara islam membangun persatuan dalam keberagamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ANOMALI DAN KEBERAGAMAAN
Pengertian anomali merupakan penyimpangan/perubahan yang mengarah pada
ketidaknormalan atau penyimpangan dari kebiasaan.Anomali dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai suatu
keganjilan,keanehan atau penyimpangan dari yang biasa atau dari keadaan normal
yang berbeda dari kondisi mayoritas. Jadi, definisi
anomali merupakan penyimpangan terhadap sesuatu yang biasa dan menjadi kondisi
umum atau mayoritas dalam suatu lingkungan tertentu.[1]
Anomali
secara umum dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi fisik dan dimensi perilaku.
Dimensi fisik adalah sesuatu penyimpangan (keanehan) yang mengenai seluruh
tubuh atau sebagian tubuh atau alat tubuh manusia. Sedangkan anomali prilaku
adalah sikap manusia yang diadaptasikan dalam ilmu psikolog, ilmu sosiologi dan
ilmu ekonomi. Anomali dengan demikian menjadi relevan untuk diterjemahkan tidak
hanya sekedar penyimpangan dari yang biasa/umum atau kondisi mayoritas, tapi
lebih luas mencakup penyimpangan yang terjadi pada fungsi-fungsi pemerintahan
dan pelayanan public yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan, termasuk
didalamnya wakil rakyat.penyimpangan terhadap fungsi-fungsi pemerintahan
tersebut berkaitan dengan norma hukum yang berlaku,karena itu dalam kaitan
studi ini sangat penting untuk memahami konsep anomali terhadap norma tersebut.[2]
Sedangkan, keberagamaan merupakan sebagai
komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang
dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan
agama atau keyakinan iman yang diyakininya Keberagamaan diartikan sebagai
seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan
ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, keberagamaan dapat diketahui dari
seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama
Islam.[3]
Dari pengertian di atas maka
keberagamaan dalam Islam menyangkut lima hal yakni aqidah, ibadah, amal, akhlak
(ihsan) dan pengetahuan. Aqidah menyangkut keyakinan kepada Allah, Malaikat,
Rasul dan seterusnya. Ibadah menyangkut pelaksanaan hubungan antar manusia
dengan Allah. Amal menyangkut pelaksanaan hubungan manusia dengan sesama
makhluk. Akhlak merujuk pada spontanitas tanggapan atau perilaku seseorang,
sementara Ihsan merujuk pada situasi dimana seseorang merasa
sangat dekat dengan Allah Ta’ala. Ihsan merupakan bagian dari akhlak. Bila
akhlak positif seseorang mencapai tingkatan yang optimal, maka ia memperoleh
berbagai pengalaman dan penghayatan keagamaan, itulah ihsan dan merupakan
akhlak tingkat tinggi.[4]
B.
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENYIMPANGAN AGAMA
1. Faktor
Penyimpangan Pengetahuan tentang Agama Islam
Dalam pandangan Islam mencari ilmu
adalah wajib, baik bagi muslimin maupun
muslimat. Dalam hadits riwayat Bukhori Muslim dikatakan, “mencari ilmu itu
fardhu (wajib) bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan”. Ilmu yang wajib
dituntut terutama adalah ilmu agama, yaitu ilmu tentang pokok-pokok pengetahuan
Islam seperti rukun Islam, rukun iman, kemampuan membaca dan memahami al-Quran
dan al-Hadits, dan sebagainya. Sedangkan ilmuilmu lain sifatnya hanya sunnah.
Menurut Imam Ghazali, ilmu agama itu bersifat fardhu ain (wajib pribadi),
sedangkan ilmu lainnya bersifat fardhu kifayah (wajib kelompok). Dengan
demikian secara ideal seorang muslim harus benar-benar memahami ajaran
agamanya.
2. Faktor
Penyimpangan Sholat
Allah memerintah orang Islam untuk
menegakkan shalat. Menegakkan sholat, yaitu melaksanakan sholat yang dimulai
dengan takbirotul-ikhrom dan diakhiri dengan salam dengan syarat dan
rukun tertentu, kemudian mengamalkan ajaran shalat dalam kehidupan seharihari,
seperti ajaran kebersihan, kedisiplinan, kerukunan, persatuan, dan sebagainya.
Orang yang menegakkan sholat hendaknya memahami dan Mengamalkan bacaan sholat
maupun ajaran-ajaran dalam sholat.
3. Faktor
Penyimpangan Puasa
Melaksanakan puasa (Ramadhan), yaitu
menahan diri dari makan, minum, merokok, hubungan suami istri, dan hal-hal yang
membatalkan puasa mulai dari terbit fajar (shubuh) sampai terbenamnya matahari
(maghrib) dengan syarat dan rukun tertentu.
4. Faktor
Penyimpangan Zakat
Membayar zakat, yaitu memberikan
sejumlah harta kepada orang yang berhak menerima seperti fakir miskin, yatim
piatu, orang yang terjerat hutang, dan sebagainya, dengan syarat dan rukun
tertentu, serta bagi orang yang mampu.
5. Faktor
Penyimpangan Busana Islami
Agama Islam mewajibkan pemeluknya
baik laki-laki maupun perempuan untuk berbusana islami, yaitu berbusana menurut
tuntutan agama Islam dengan prinsip menutup aurat (bagian tubuh yang harus
tertutup), kesopanan, dan keindahan. Aurat laki-laki adalah antara pusar dan
lutut, tetapi busana islami untuk laki-laki harus tetap sopan. Sedangkan aurat
perempuan adalah seluruh anggota tubuh kecuali wajah dan telapak tangan,
sehingga seorang wanita muslimah harus memakai baju panjang, bawahan panjang,
dan berkerudung jika keluar rumah.
6. Faktor
Melakukan Kemaksiatan
Agama Islam melarang berbagai
kemaksiatan seperti berjudi, prostitusi (berzina), korupsi, mabuk-mabukkan,
mencuri, merampok, membunuh, dan sebagainya. Larangan ini berlaku untuk semua
orang, termasuk muslimin dan muslimat. Namun dalam kenyataan, berbagai
kemaksiatan tersebut masih terlihat dalam kehidupan sehari-hari.[5]
Adapun
penyebab penyimpangan agama diantaranya:
1.
Allah memang telah
menguji hambanya dengan keburukan ataupun dengan kebaikan.
2.
Mengikuti hawa
nafsu,prasangka dan mengikuti jalan setan.
3.
Fanatic golongan
dan fitnah.
4.
Adanya da’i-da’I
yang mengajak pada kesesatan.
5.
Taqlid buta.
6.
Menerima
agama-agama dan firqah-firqah sesat serta kaum yang bobrok.
7.
Tidak mau serius
belajar agama.
8.
Sering berdebat
dan berbantah-bantahan dalam masalah agama.
9.
Mengatakan hal-hal
tentang Allah atau Rasulullah tanpa didasari ilmu.
10. Sembarangan dalam mengambil sumber ilmu agama.
11. Menentang ajaran agama atau ekstrim dalam beragama.
12. Mengklaim bahwa ada orang yang ma’shum selain
Rasulullah SAW.
13. Berdusta atas nama Rasulullah SAW.
14. Menerima pemikiran-pemikiran dan pandangan-pandangan
soal agama dari orang-orang kafir dan orang-orang nyleneh.[6]
C.
ISLAM
MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAAN
Dalam kaitannya dengan
agama,islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju jalan yang lurus, benar dan
sesuai dengan tuntutan al-quran yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad SAW.
Kalau dikaitkan dengan konteks perubahan zaman sekarang bagaimana islam
memandang keberagamaan atau pluralitas yang ada di negeri ini bahkan didunia.
Islam sangat menjunjung keberagamaan atau pluralitas.karena keberagamaan atau
pluralitas merupakan sunnatullah.
Dengan adanya keberagamaan ini, bukan
berarti menganggap kelompok,mazhab ataupun keberagamaan yang lain sejenisnya
menganggap kelompok mereka yang lebih benar.yang harus kita ketahui disini
adalah keberagamaan sudah ada sejak zaman para sahabat yaitu ketika nabi wafat
para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi pengganti
nabi. Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwah yang menyikapi
keberagamaan.
Ketegasan syariah islam memberikan
gambaran betapa perhatiannya islam terhadap permasalahan keberagamaan, dengan
mengutamakan persaudaraan ,keharmonisan dan perdamaian. Adapun penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain
:
1. Adanya pergolakan politik dalam negeri
2. Mengalirnya pemikiran non-muslim
3. Akibat proses perubahan kultural dan politik,dari
masyarakat tradisional ke modern dan dari politik regional ke dunia
(Adeng:2008)
Islam memberikan
beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami pluralisme yaitu [7]:
1.
Prinsip
keberagamaan yang lapang
Salah
satu masalah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah klaim
kebenaran.oleh sebab itu sikap kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa
dikatakan sebagai makna terdalam keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadis nabi bersabda kepada sahabat
usman bin mazhun "dan sesungguhnya sebaik-baiknya agama disisi allah
adalah semangat pencarian yang lapang”( Al Hanafiyah Al Samhah).
2.
Keadilan yang
obyektif
Keadilan
mencakup pandangan maupun Tindakan kita terhadap pemeluk agama lain.kedangkalan
dalam Tindakan sering kali orang tidak suka dan menganggap orang lain sebagai
bukan bagian dari kelompok kita maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap
mereka dalam memutuskan hukum interaksi sosial maupun hal-hal lain.islam
mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadlian dalam sikap dan pandangan ini
dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka.
3. Menjauhi
kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk Ketika
melakukan dakwah.
Dalam
berdakwah kita harus mengutamakan dialog kebijaksanaan dan cara-cara
argumentative lainnya.tiap agama mempunyai logikanya sendiri dalam memahami
tuhan dan firmannya,kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan untuk saling
menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai kesepahaman dan mempertahankan
keyakinan kita.
4. Menjadikan
keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam kebaikan.
Ketika
ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan advokasi
terhadap masyarakat tertindas seperti kaum buruh,pelecehan seksual,dan
sebagainya maka kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai Gerakan
permutadahan(pembersihan) atau bahkan berusaha menggagalkannya tetapi hal
tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaum muslimin untuk berusaha menjadi
lebih baik dari mereka dalam hal amal sosial.
Jika
empat prinsip ini bisa kita pegang memungkinkan akan terciptanya hubungan yang
lebih harmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh sikap saling
menghargai, menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial. Sehingga
kehadiran agama (khususnya islam) tidak lagi menjadi ketakutan bagi kemanusiaan
tetapi malah menjadi rahmat bagi keberadaan tidak hanya manusia tetapi
sekaligus alam semesta ini. Manusia terbaik adalah yang bermanfaat terhadap
lainnya.[8]
BAB
III
PENUTUPAN
A.
KESIMPULAN
1.
Anomali merupakan
penyimpangan terhadap sesuatu yang biasa dan menjadi kondisi umum atau
mayoritas dalam suatu mayoritas tertentu.sedangkan definisi keberagamaan adalah
perilaku yang bersumber dari pengetahuan,keyakinan,pelaksanaan dan penghayatan
seseorang atas ajaran agama yang diyakininya.
2.
Faktor-faktor yang
berkaitan dengan berbagai penyimpangan agama adalah faktor kepribadian (malas,
tidak berminat, tidak mengamalkan), faktor ekonomi (kemiskinan, sibuk bekerja,
orientasi pada uang dan harta), dan faktor keilmuan (tidak belajar, tidak
mengetahui, dan tidak paham), dan faktor lingkungan (hubungan dengan keluarga,
tetangga, teman, dan masyarakat umumnya).
Solusi untuk mengatasi
penyimpangan-penyimpangan tersebut, antara lain :
a) Peningkatan
ilmu agama Islam
b) Pengamalan
ajaran agama Islam
c) Pergaulan
dan penciptaan lingkungan yang baik
d) Pencarian
titik tengah jika ada konflik antara agama dan budaya
3.
Islam membangun persatuan
dalam keberagamaan sudah ada sejak zaman para sahabat,yaitu Ketika nabi
wafat,para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi
pengganti nabi. Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwah yang
menyikapi keberagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
John M Echols dan Hasan Sadili, An
English-Indonesian Dictionary (Kamus Inggris-Indonesia), PT Gramedia,
Jakarta 1995.
C.P. Chaplin, Kamus Lengkap
Psikologi, Rajawali Press, Jakarta, 1989
Ensiklopedi Indonesia I, PT Ichtiar Baru-Van
Hoeve, Jakarta.
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam.Mengembagkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogyakarta:Menara Kudus:2002).
Jalaluddin.Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada. 2002.
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, Pola Penyimpangan
Muslim Terhadap Ajaran Agamanya (Perspektif Pendidikan Islam), Al-Fikr Jurnal Studi dan Penelitian
Pendidikan Islam, Vol 1 no 1, Februari 2018.
Yulian Purnama, “Sebab-sebab Terjadinya Penyimpangan
Agama”, muslim.or.id, April 29,2021. https://muslim.or.id/18576-sebab-sebab-terjadinya-penyimpangan-agama.html.
(Diakses pada 8 Oktober 2022).
Muhammad Irpan, “Bagaimana Islam Membangun Persatuan
dalam Keberagamaan”, Typewriter, Desember 13, 2017.https://muhmdirpan.wordpress.com/2017/12/13/bagaimana-islam-membangun-persatuan-dalam-keberagaman/.
(Diakses pada 10 Oktober 2022).
[1] Lihat John M Echols dan
Hasan Sadili, An English-Indonesian Dictionary (Kamus Inggris-Indonesia),
PT Gramedia, Jakarta 1995, hal 30; Lihat juga C.P. Chaplin, Kamus
Lengkap Psikologi, Rajawali Press, Jakarta, 1989; Juga Ensiklopedi
Indonesia I, PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
[2] Lihat Ensiklopedi
Indonesia I. PT Ichtiar-Van Hoeve, Jakarta.
[3] Keberagamaan merupakan
sebagai komitmen religious. Lihat, Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam.Mengembagkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogyakarta:Menara
Kudus:2002). Hal. 71
[4] Lihat, Jalaluddin.Psikologi
Agama. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada. 2002. Hal. 247-249
[5] Muhammad Muhtar Arifin
Sholeh, Pola Penyimpangan Muslim Terhadap Ajaran Agamanya (Perspektif
Pendidikan Islam), Al-Fikr Jurnal Studi
dan Penelitian Pendidikan Islam, Vol 1 no 1, Februari 2018, hal 12.
[6] Yulian Purnama,
“Sebab-sebab Terjadinya Penyimpangan Agama”, muslim.or.id, April 29, 2021 https://muslim.or.id/18576-sebab-sebab-terjadinya-penyimpangan-agama.html. (Diakses pada 8 Oktober 2022)
[7] Muhammad Irpan, “Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagamaan”, Typewriter, Desember 13, 2017, https://muhmdirpan.wordpress.com/2017/12/13/bagaimana-islam-membangun-persatun-dalam-keberagaman/. (Diakses pada 10 Oktober 2022)
[8]
Ibid.
Komentar
Posting Komentar